Pendekatan Hermeneutik
Kata hermeneutik berasal dari kata
kerja yunani hermeneuien yang bererti mengertikan, menafsirkan, menerjemahkan
dan bertindak sebagai penafsir. Dalam mitologi Yunani ada tokoh yang namanya
dikaitkan engan Hermanautik, yaiitu Hermes, ia bertugas sebagai menafsirkan
kehendak dewa dengan kata-kata manusia.
Kalau di dalam Islam sendiri Hermes itu adalah nabi Idris.
Secara Filosofis Hans George Godamer
meringkas teori Hermeneutik dalam 3 aktivitas eksistensi manusia yaitu :
1.
Subtilitas intellegendi yang berarti memahami
(understanding).
2.
Subtilitas explicandi yang berarti menjelaskan
3.
Subtilitas applicandi yang berarti menerangkan
Dalam perkembangannya, hermeneutik
minimalnya memiliki 3 arti, yaitu :
1.
Sebagai peralihan
suatu yang relatif abstrak.
2.
Usaha mengalihkan suatu bahasa asing yang maknanya gelap, ke
dalam bahasa yang bisa dimengerti si pembaca.
3.
Seseorang sedang memindahkan suatu ungkapan pikirang yang
kurang jelas menjadi lebih jelas.
Dalam study hermeneutik,
interpretasi merupakan kegiatan yang paling penting karena landasan bagi metode
ini. Dalam kutipan Sumaryono dari Emillo Betty, tugas orang yang melakukan
interpretasi adalah menjernihkan persoalan mengerti, yaitu dengan cara
menyelidiki setiap detil proses interpretasi.
Ada 3 variabel yang berperan dalam
proses mengerti, menerjemahkan dan menafsirkan pada sebuah teks yaitu:
1.
The world of teks
2.
The world of author
3.
The world of reader
Farid
Essack menyatakan bahwa orang muslim telah melakukan praktek hermenautik sejak
lama yang di buktikan dengan :
1.
Terbukti dari kajian-kajian mengenai Asbabunnuzul dan nasikh
mansukh.
2.
Literatur tafsir yang di bentuk dalam ilmu tafsir.
3.
Tafsir tradisional di masukkan ke dalam kategori-kategori.
Meskipun
demikian, operasionalisasi hermeneutik sering di tentang oleh umat islam
tradisional karena mempunyai 3 macam implikasi yaitu :
1.
Tanpa konteks, teks tidakakan berharga dan bermakna ;
sementara tradisional mengatakan makna yang sebenarnya adalah makna yang di
maksud Allah.
2.
Memberikan tekanan kepada manusia sebagai “perantara” yang
menghasilkan makna ; sementara tradisional mengatakan rukunlah yang
menganugrahkan pemahaman yang besar.
3.
Ilmuan tradisional menganggap teks Al-Qur’an sangat sakral
sehingga makna yang sebenarnya tidak dapat di capai.
Contoh
pendekatan hermeneutik dalam study islam adalah analisis operasional
hermeneutik dalam tafsir Al-Mawar karya Muhammad Abduh dan tafsir Al-Azhar
karya Hamka yang di lakukan oleh Fakhrudin Faiz.
0 komentar:
Posting Komentar