Selasa, 15 Desember 2015

Pendekatan Hermeneutik



Pendekatan Hermeneutik

Kata hermeneutik berasal dari kata kerja yunani hermeneuien yang bererti mengertikan, menafsirkan, menerjemahkan dan bertindak sebagai penafsir. Dalam mitologi Yunani ada tokoh yang namanya dikaitkan engan Hermanautik, yaiitu Hermes, ia bertugas sebagai menafsirkan kehendak dewa  dengan kata-kata manusia. Kalau di dalam Islam sendiri Hermes itu adalah nabi Idris.
Secara Filosofis Hans George Godamer meringkas teori Hermeneutik dalam 3 aktivitas eksistensi manusia yaitu :
1.      Subtilitas intellegendi yang berarti memahami (understanding).
2.      Subtilitas explicandi yang berarti menjelaskan
3.      Subtilitas applicandi yang berarti menerangkan
Dalam perkembangannya, hermeneutik minimalnya memiliki 3 arti, yaitu :
1.      Sebagai  peralihan suatu yang relatif abstrak.
2.      Usaha mengalihkan suatu bahasa asing yang maknanya gelap, ke dalam bahasa yang bisa dimengerti si pembaca.
3.      Seseorang sedang memindahkan suatu ungkapan pikirang yang kurang jelas menjadi lebih jelas.
Dalam study hermeneutik, interpretasi merupakan kegiatan yang paling penting karena landasan bagi metode ini. Dalam kutipan Sumaryono dari Emillo Betty, tugas orang yang melakukan interpretasi adalah menjernihkan persoalan mengerti, yaitu dengan cara menyelidiki setiap detil proses interpretasi.
Ada 3 variabel yang berperan dalam proses mengerti, menerjemahkan dan menafsirkan pada sebuah teks yaitu:
1.      The world of teks
2.      The world of author
3.      The world of reader

Farid Essack menyatakan bahwa orang muslim telah melakukan praktek hermenautik sejak lama yang di buktikan dengan :

1.      Terbukti dari kajian-kajian mengenai Asbabunnuzul dan nasikh mansukh.
2.      Literatur tafsir yang di bentuk dalam ilmu tafsir.
3.      Tafsir tradisional di masukkan  ke dalam kategori-kategori.
Meskipun demikian, operasionalisasi hermeneutik sering di tentang oleh umat islam tradisional karena mempunyai 3 macam implikasi yaitu :

1.      Tanpa konteks, teks tidakakan berharga dan bermakna ; sementara tradisional mengatakan makna yang sebenarnya adalah makna yang di maksud Allah.
2.      Memberikan tekanan kepada manusia sebagai “perantara” yang menghasilkan makna ; sementara tradisional mengatakan rukunlah yang menganugrahkan pemahaman yang besar.
3.      Ilmuan tradisional menganggap teks Al-Qur’an sangat sakral sehingga makna yang sebenarnya tidak dapat di capai.

Contoh pendekatan hermeneutik dalam study islam adalah analisis operasional hermeneutik dalam tafsir Al-Mawar karya Muhammad Abduh dan tafsir Al-Azhar karya Hamka yang di lakukan oleh Fakhrudin Faiz.


0 komentar:

Posting Komentar